-----Bahwa terdakwa YENNI ELFIZA Pgl YENNI BINTI DARMI pada hari Rabu tanggal 15 Mei 2024 sekira pukul 15.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Mei tahun 2024 bertempat di Toko Obat Cahaya Ananda Jl. Raya Bukittinggi-Payakumbuh KM 7 Kec. Ampek Angkek Kab. Agam atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bukittinggi, setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan tetapi melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (1) yang terkait dengan Sediaan Farmasi berupa obat keras, yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :-------------------------------------------------------------

• Bahwa berdasarkan surat tugas dari Kepala Balai POM di Payakumbuh No. PD.03.02.14B.05.24.470 tanggal 14 Mei 2024, saksi Poppy  Apriyani,S.FARM,APT, Syukran Hamdeni,S.FARM.,APT dan Ferdian Rozalnanda,S.Sos dan petugas Balai POM di Payakumbuh lainnya ditugaskan untuk melakukan Pemeriksaan Setempat Sarana Distribusi Obat dan Makanan dan pada hari Rabu tanggal 15 Mei 2024 dengan didampingi saksi Farhan Hajiratun Mahdi polisi dari Polresta Bukittinggi saksi Poppy  Apriyani,S.FARM,APT, Syukran Hamdeni, S.FARM., APT dan Ferdian Rozalnanda,S.Sos dan petugas Balai POM di Payakumbuh memeriksa Toko Obat Cahaya Ananda, Jl. Raya Bukittinggi-Payakumbuh KM 7, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam dan bertemu dengan saksi ANGGUN TRIANDINI selaku karyawan Toko Obat Cahaya Ananda sekaligus anak dari pemilik Toko Obat Cahaya Ananda;
• Bahwa pada saat dilakukan pengecekan terhadap dokumen perizinan Toko Obat Cahaya Ananda diketahui bahwa Toko Obat tersebut memiliki izin kegiatan usaha sebagai Pedagang Eceran Obat dan sudah memiliki Surat Izin Pedagang Obat (PEO) Nomor : 01/Perizinan/PEO/Agam/2020 tanggal 09 Januari 2020 dengan nama usaha Toko Obat Cahaya Ananda dengan pemilik sarana YENNI ELFIZA dan Tenaga Teknis Kefarmasian RANENSY CHIKA LAHCERIN,A.Md.Farm;
• Pada saat dilakukan pemeriksaan faktur penjualan pada Toko Obat Cahaya Ananda  ditemukan faktur yang berisikan nama Sediaan Farmasi Obat Keras dan terhadap faktur tersebut petugas Balai POM di Payakumbuh menanyakan sediaan farmasi obat keras tersebut kepada saksi Anggun Triandini dan menanyakan dimana ia menyimpan Sediaan Farmasi Obat Keras lainnya. Akhirnya saksi ANGGUN TRIANDINI menunjukkan tempat penyimpanan Sediaan Farmasi Obat Keras tersebut yaitu di bagian belakang Toko Obat Cahaya Ananda, kemudian saksi ANGGUN TRIANDINI diminta untuk mengeluarkan Sediaan Farmasi Obat Keras tersebut agar bisa terlihat dengan jelas dan dihadapan saksi RIFKI DALSEMENDRA selaku Wali Jorong Biaro ditemukan :

• Saat terdakwa datang petugas Balai POM menanyakan kepada terdakwa siapa pemilik Sediaan Farmasi Obat keras tersebut dan terdakwa mengakui bahwa Sediaan Farmasi Obat Keras tersebut adalah miliknya;
• Bahwa setelah memastikan bahwa Sediaan Farmasi tersebut memang benar merupakan Sediaan Farmasi Obat Keras, petugas balai POM kemudian melakukan pendataan terhadap temuan tersebut. Kejadian tersebut kemudian dilaporkan ke PPNS Balai POM di Payakumbuh, dan oleh PPNS Balai POM di Payakumbuh Sediaan Farmasi Obat Keras tersebut dihadapan saksi RIFKI DALSEMENDRA selaku Wali Jorong Biaro disita dari pemilik barang yaitu YENNI ELFIZA PGL YENNI BINTI DARMI untuk pemeriksaan lebih lanjut;
• Bahwa Sediaan Farmasi Obat Keras tersebut didapatkan oleh Terdakwa dengan cara memesan melalui telepon dan WA ke Apotek di Bukittinggi yaitu Apotek Brintania di Bukittinggi dan Apotek Cahaya Apollo di Kab. Agam;
• Bahwa Sediaan Farmasi Obat Keras tersebut dijual secara langsung kepada pembeli yang datang ke Toko Obat Cahaya Ananda dan Terdakwa tidak memiliki keahlian dan kewenangan dalam menyediakan dan menjual Sediaan Farmasi Obat Keras;
• Bahwa BPOM pernah melakukan pembinaan di Toko Obat Cahaya Ananda, Jl. Raya Bukittinggi-Payakumbuh KM 7, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam milik Terdakwa pada tanggal 16 September 2020 dan terdakwa sudah diperingatkan oleh pimpinan BPOM Payakumbuh untuk tidak menjual/ mengedarkan Obat Keras di kemudian hari;
• Bahwa Sediaan Farmasi Obat Keras dijual dan dikonsumsi secara sembarangan (tanpa resep dokter dan tanpa pengawasan Apoteker), Obat – obatan bila dikonsumsi oleh masyarakat tersebut akan memberikan efek samping yang tidak diingankan dan bisa membahayakan kesehatan pasien. Efek samping tersebut bisa timbul secara akut (tiba-tiba) maupun secara kronis (jangka panjang).

---------Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 436 ayat (2) Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023  tentang Kesehatan.---------------------------------------------